Mengenal Kasepuhan Cisungsang Di Banten

Sumber Gambar: Ilustrasi oleh Google
Kasepuhan Cisungsang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, tepatnya masuk di wilayah Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Cisungsang, jika ditelusuri artinya, kata tersebut dibentuk oleh dua kata bahasa sunda yaitu Ci dan Sungsang. Kata ci merupakan singkatan cai yang artinya air, sedangkan sungsang artinya terbalik atau berlawanan. Dengan demikian, nama Cisungsang dapat diartikan air yang mengalir kembali ke hulu.
Struktur lembaga adat Kasepuhan Cisungsang diduduki para pejabat adat yang terdiri atas abah (ketua adat), penasehat, dukun, paraji, panei, bengkong, amil, dan rendangan. Pimpinan tertinggi dalam struktur kasepuhan itu adalah abah. Abah adalah sebuah jabatan yang dipegang oleh keturunan dari cikal bakal pembuka Kampung Cisungsang, yakni Mbah Rukman. Keturunan Mbah Rukman adalah orang yang memiliki hak penuh untuk memimpin Kasepuhan Cisungsang atau menjadi ketua adat. Hanya anak laki-laki yang akan mewarisi kepemimpinan, yang penunjukannya terjadi melalui proses wangsit ‘petunjuk mimpi’ dari leluhur.
Sebagai ketua adat, abah memiliki keahlian dalam bidang pertanian, baik teknis maupun simbolis. Selain itu, dia juga bertindak sebagai pemberi doa dan restu bagi segala kegiatan yang akan dilaksanakan warga Kasepuhan Cisungsang. Jika abah tidak merestui, warga tidak akan berani melanggarnya. Pelanggaran terhadap larangan dari abah dipercaya akan mendatangkan petaka, seperti sakit, gagal dalam aktivitas ekonomi, bahkan hingga meninggal. Jika pelanggaran terlanjur dilakukan, ada ritual khusus yang dapat mencegah pelanggarnya tertimpa musibah. Ritual itu dinamakan lukun, yaitu semacam pengakuan dosa yang dilakukan dengan melaksanakan ritual tertentu disertai doa-doa.
Sampai saat ini, kepemimpinan di Kasepuhan Cisungsang telah mencapai empat generasi. Nama-nama ketua adat dari generasi pertama hingga yang keempat adalah Embah Buyut yang mencapai usia sekitar 350 tahun, Uyut Sarkim yang berusia sekitar 250 tahun, Olot Sardani yang berumur 126 tahun dan Abah Usep.
Adapun kegiatan yang dilakukan setahun sekali di kasepuhan Cisungsang adalah “Seren Taun” yang berarti ungkapan syukur suka duka yang dialami terutama di bidang pertanian, upacara adat seren taun ini diawali dengan pembacaan doa-doa dan pembakaran kemenyan. Hal ini dilakukan agar ritual berjalan lancar dan diberkati, angklung buhun yang berada di samping Leuit Si Jimat ikut mengiringi puji-pujian dibarengi dengan petikan kecapi.
Ritual upacara adat merupakan acara puncak dari serangkaian ritual yang terdapat dalam ritual seren taun. Upacara adat dilaksanakan pada hari Minggu pagi, bertempat di depan Leuit Si Jimat. Leuit artinya tempat dan jimat artinya sesuatu yang dianggap berharga, istilah Jimat dianggap memiliki sesuatu kekuatan magis yang dapat membawa keberuntungan atau keberkahan.
Upacara adat dimulai dengan datangnya rombongan arak-arakan padi yang ditandu oleh 4 orang rendangan, tendu tersebut berisi padi indung diiringi para dayang-dayang gadis remaja lengkap dengan baju kebaya dan kain sampingnya.
Upacara dilanjutkan dengan memasukan padi-padi yang diarak ke dalam Leuit Si Jimat sambil diiringi puji-pujian: “Ayeuna Si Nyai Ku Kami Diamitkeun”, artinya: “Sekarang Si Nyai oleh kami dirapikan”. Padi yang pertama kali dimasukan adalah padi indung kemudian padi yang lainnya.
(Iksal Maulana – Tim Kreatif Unas TV)