FATHER OF THE ATOMIC BOMB: JULIUS ROBERT OPPENHEIMER

Tayang: Jum’at, 3 Januari 2025 17:52 WIB

Sumber Gambar: www.wikipedia.com

Julius Robert Oppenheimer atau yang sering dikenal dengan Oppenheimer lahir pada 22 April 1904 di New York City, Amerika Serikat. Oppenheimer merupakan ilmuan fisika yang menemukan bom atom sehingga ia dikenal dengan istilah “father of the atomic bomb.” Atau “bapak bom atom”. Oppenheimer sudah menunjukan kecerdasannya sejak ia masih duduk di bangku pendidikan. Ia lulus dari Ethical Culture School kemudian masuk ke Harvard University di usia 18 tahun pada tahun 1922-1925. 

Oppenheimer lulus dengan predikat summa cum laude dalam waktu hanya tiga tahun. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya pada tahun 1925-1926 di University of Cambridge, Inggris, di bawah bimbingan Sir J.J. Thomson, sang fisikawan terkenal penemu elektron. Namun, masa studinya di Cambridge penuh dengan tantangan. Ia merasa tidak puas dengan pendekatan eksperimental yang dominan di sana dan mengalami depresi berat kemudia ia pindah ke University of Göttingen, Jerman pada tahun 1926-1927 untuk mengembangkan pemahamnya dalam fisika teoretis. Di Göttingen ia bekerja dengan Max Born yang merupakan salah satu pelopor mekanika kuantum.

Sejak saat itu ia mulai tertarik dengan mekanika kuantum yang selanjutnya ia benar benar menemukan cara menggunakan formalisme untuk menggambarkan fisika atom dan nuklir bersama koleganya. Oppenheimer memainkan peran penting dalam pengembangan senjata nuklir pertama selama Perang Dunia II. Ia direkrut oleh Leslie Groves yang menrupakan seorang Jendral Angkatan Darat Amerika Serikat untuk menggarap proyek Manhattan dan pada tahun 1943. Ia ditunjuk sebagai direktur proyek labolatorium Los Alamos, New Mexico.

Mega proyek ini dimulai pada tahun 1942 yang dipimpin oleh Oppenheimer dan melibatkan banyak ilmuan didalamnya. Namun, tidak sedikit ilmuan yang menolak bahkan sampai mengecam mega proyek ini berjalan. Usaha yang dilakukan oleh Oppenheimer dan koleganya dalam menjalankan proyek Manhattan membuahkan hasil. Pada tanggal 16 Juli 1945, uji coba bom atom pertama di dunia yang dijuluki “Trinity” berhasil diluncurkan di Gurun Jornada del Muerto, New Mexico. Di tahun yang sama pada bulan Agustus, bom atom pertama didunia diledakan di Hiroshima dan Nagasaki. Ledakan bom atom ini diperkirakan setara dengan 15 kilo ton TNT dan 20 kilo ton TNT.

Bom atom ini mengakibatkan sedikitnya 129 ribu jiwa yang menyebabkan Jepang menyerah dan mengakhiri Perang Dunia II. Oppenheimer mengalami dilemma moral setelah peledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Ia merasa bersalah dan dibayang-bayangi oleh para korban, Oppenheimer menemui Presiden Harry S. Truman dan mengatakan dengan penuh emosi, “Saya merasa tangan saya berlumuran darah”.

Oppenheimer juga menghadapi kritik dari ilmuan lain dan Masyarakat yang mempertanyakan apakah penelitian ini pantas dilakukan. Ia melihat perlombaan senjata nuklir yang terus berkembang antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Hal ini mengawali perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai ancaman besar bagi kelangsungan hidup manusia.

Pada tahun 1954, Oppenheimer kehilangan izin keamanan rahasianya dalam sebuah sidang yang penuh tuduhan. Peristiwa ini menjadi akhir dari perjalan karir seorang Oppenheimer. Kendati demikian, ia tetap menekankan tentang perlunya tanggung jawab moral dalam ilmu pengetahuan. Julius Robert Oppenheimer meninggal pada tanggal 18 Februari 1967, di usia 62 tahun. Oppenheimer meninggal setelah berjuang keras melawan kanker tenggorokan.

Kisah hidup Oppenheimer menjadi pengingat bahwa para ilmuan harus memiliki tanggung jawab moral besar atas penemuan mereka. Rasa bersalah yang ia rasakan atas tragedi Hiroshima dan Nagasaki melakat di hidupnya. Oppenheimer mengajarkan kepada dunia bahwa kemajuan teknologi harus diiringi dengan moral yang mendalam. Ia tak hanya dikenal sebagai ilmuwan yang berpengaruh tetapi ia juga dijadikan simbol manusia yang berjuan dengan konsekuensi dari tindakannya.

Sulthon Thoriq Robbani – Kreatif