Fear Of Missing Out dan Cara Mengatasinya

Sumber Gambar: www.kompasiana.com
Ketika suatu hari kamu yang sedang bersantai di rumah, merebahkan tubuh, dan menikmati nyamannya kasur yang empuk setelah sepanjang hari bekerja. Jari berselancar pada laman sosial media, menyaksikan bagaimana temanmu bahagia karena akhirnya mendapat beasiswa, yang lainnya bersuka ria membagikan potret liburan tahunan, ada juga senyum lebar merekah dengan gelar mereka yang baru.
Perasaan tertinggal datang, pemikiran buruk mengenai menjalani hidup yang monoton membuatmu menyalahkan diri sendiri karena belum cukup berproges dan mimim pencapaian, berimbas pada rasa menggebu-gebu mengerjakan semua yang teman-temanmu lakukan tanpa peduli kemampuan, bisa jadi kamu sedang mengalami FOMO.
FOMO merupakan akronim dari Fear Of Missing Out yang banyak diartikan sebagai sebuah respon emosional seseorang yang mempercayai jika orang lain hidup lebih baik dari dirinya.
Menurut Przybylski, Fear Of Missing Out atau FOMO merupakan sebuah rasa cemas yang datang saat seseorang menyaksikan pengamalan berharga orang lain yang tidak dialami oleh dirinya.
FOMO pertama kali dipelajari pada tahun 1996 oleh Dr. Dan Herman, lalu lebih dikembangkan oleh seorang mahasiswa dari Havard bernama Patrick McGinnis melalui artikelnya yang dirilis pada tahun 2004 yang berjudul “Social Theory at HBS: McGinnis ‘Two FOs’”. Artikel yang menjadi cikal bakal tercetusnya istilah FOMO tersebut diterbitkan melalui majalah Hardvard Business School The Harbus.
Sosial media menjadi erat kaitannya dengan fenomena tersebut karena ketika seseorang mengalami efek FOMO, orang tersebut tidak akan bisa terlepas dari gawai dan apapun media sosial yang digunakannya. Laman media sosial yang terus-menerus dibanjiri konten dan postingan terbaru, obrolan yang menjadi trending topik, dan semua informasi real time yang akan membuatmu merasa tertinggal jika dilewatkan.
Beberapa tips yang akan membantumu keluar dari kebiasaan FOMO, diantaranya:
- Fokus Pada Apa yang Ada di Depanmu Saat Ini
FOMO membuat kita menjadi pribadi yang selalu mencari kekurangan pada diri kita sendiri, hal tersebut membuat kita menjadi manusia yang kurang akan rasa syukur. Padahal seharusnya kita bisa mengerjakan apapun yang saat ini kita miliki dengan fokus tanpa perasaan tersaingi ataupun tertinggal atas pencapaian orang lain yang terlihat satu langkah lebih maju.
- Kurangi Aktivitas di Media Sosial
Seseorang yang mengalami FOMO akan memiliki rasa ketergantungan yang tinggi dengan media sosialnya, up to date dengan apapun yang terjadi di dunia maya menjadi seperti sebuah kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan. Untuk itu, mengurangi aktivitas di media sosial menjadi salah satu tips untuk kamu yang ingin mengurangi FOMO karena dengan melakukan hal tersebut kamu akan lebih fokus dengan apa yang kamu miliki juga kerjakan di dunia nyata.
- Membuat Kebiasaan Baru
Go outside and touch some grass! kalimat tersebut mungkin menjadi yang paling cocok untuk tips yang terakhir ini. Semakin canggihnya dunia digital membuat kita semakin tidak bisa terlepas dari dunia maya, terlebih media sosial dapat dengan mudah diakses kapanpun dan dimanapun kita berada.
Tanpa sadar kita dibuat terbiasa dengan kecanggihan yang ditawarkan dan terlalu tenggelam di dalamnya, menjadi risau saat gawai tidak digenggaman hingga malas melakukan aktivitas normal apapun. Membuat kebiasaan baru wajib kamu lakukan jika ingin berhasil terlepas dari jerat FOMO, banyak opsi yang ditawarkan seperti berolahraga, membaca buku, pergi hiking menikmati alam, atau sesederhana menghabiskan waktu dengan keluarga, jauh dari bayang-bayang sosial media.
Itu dia 3 tips yang akan membantu kamu keluar dari kebiasaan FOMO. Lebih bersyukur atas apa yang kita miliki adalah kunci menjalani hidup yang lebih baik. Semoga bermanfaat!
(Khofifah Fahzria Oktaviani – UNAS TV)